Evaluasi kebijakan publik di tingkat daerah memerlukan pendekatan ilmiah agar hasilnya dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Salah satu metode yang paling banyak digunakan oleh peneliti kebijakan adalah Difference-in-Difference (DiD). Metode ini membantu pemerintah daerah mengukur dampak dari sebuah kebijakan dengan membandingkan perubahan yang terjadi antara kelompok yang terkena kebijakan (treatment) dan kelompok yang tidak (control).
Melalui pendekatan ini, pemerintah dapat memastikan bahwa kebijakan yang dijalankan benar-benar efektif dan berbasis bukti — sesuai dengan prinsip Evidence Based Policy yang kini menjadi acuan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah.
Pengantar Konsep Difference-in-Difference
Metode Difference-in-Difference (DiD) merupakan pendekatan statistik yang digunakan untuk mengevaluasi efek suatu kebijakan dengan membandingkan hasil sebelum dan sesudah intervensi pada dua kelompok berbeda.
Secara sederhana, DiD menjawab pertanyaan:
“Apakah perubahan yang terjadi setelah kebijakan benar-benar disebabkan oleh kebijakan itu sendiri, atau oleh faktor lain yang tidak terkait?”
Metode ini banyak digunakan dalam penelitian ekonomi, kebijakan publik, dan sosial karena mampu memisahkan efek kebijakan dari tren umum yang terjadi di masyarakat.
Contoh Konseptual
Bayangkan sebuah pemerintah daerah menerapkan program pelatihan wirausaha di Kabupaten A untuk menurunkan tingkat pengangguran. Kabupaten B dengan kondisi ekonomi serupa tidak mendapatkan program tersebut.
-
Jika tingkat pengangguran di Kabupaten A turun lebih besar dibandingkan Kabupaten B setelah program berjalan, maka selisih perubahan itu mencerminkan dampak kebijakan.
Tabel sederhana berikut menjelaskan logika tersebut:
Periode | Kabupaten A (Treatment) | Kabupaten B (Kontrol) | Selisih (A-B) |
---|---|---|---|
Sebelum kebijakan | 10% | 9% | 1% |
Setelah kebijakan | 6% | 8% | -2% |
Difference-in-Difference | -3% (efek kebijakan) |

Pelajari metode Difference-in-Difference (DiD) dan penerapannya dalam evaluasi kebijakan daerah berbasis Evidence Based Policy secara praktis dan ilmiah.
Prinsip Dasar Difference-in-Difference
Metode DiD bekerja dengan dua perbandingan utama:
-
Perbedaan waktu (before-after) — melihat perubahan dari sebelum ke sesudah kebijakan.
-
Perbedaan antar kelompok (treatment-control) — membandingkan antara daerah yang terkena kebijakan dan yang tidak.
Dengan menggabungkan dua perbedaan tersebut, analisis DiD mampu memperkirakan efek murni dari kebijakan, asalkan asumsi dasar terpenuhi.
Asumsi Paralel Trend
Asumsi ini menyatakan bahwa tanpa adanya kebijakan, tren perubahan antara kelompok treatment dan kontrol akan bergerak paralel. Artinya, kedua kelompok memiliki arah perubahan yang sama sebelum intervensi.
Jika asumsi ini tidak terpenuhi, hasil evaluasi bisa bias.
Langkah-Langkah Analisis Difference-in-Difference
Untuk menerapkan metode DiD dalam konteks kebijakan daerah, terdapat beberapa tahapan penting:
-
Menentukan Tujuan Evaluasi
Identifikasi kebijakan yang akan dievaluasi, misalnya program bantuan sosial, pelatihan tenaga kerja, atau pembangunan infrastruktur. -
Menentukan Kelompok Treatment dan Kontrol
Pilih daerah atau unit analisis yang terkena dampak kebijakan (treatment) dan yang tidak (kontrol). Pastikan kedua kelompok memiliki karakteristik yang mirip. -
Mengumpulkan Data Sebelum dan Sesudah Kebijakan
Data dapat berupa data survei, data administrasi pemerintah, atau data makro seperti BPS (lihat di Badan Pusat Statistik untuk sumber resmi). -
Membuat Variabel Dummy
Dalam analisis statistik, dibuat dua variabel dummy:-
Dummy waktu (0 sebelum kebijakan, 1 sesudah kebijakan)
-
Dummy treatment (0 untuk kontrol, 1 untuk treatment)
-
-
Membangun Model Regresi DiD
Model umum DiD dapat ditulis sebagai:Y=α+β1Treatment+β2Post+β3(Treatment×Post)+εY = α + β_1Treatment + β_2Post + β_3(Treatment × Post) + ε
Di mana:
-
Y = variabel hasil (misalnya tingkat pengangguran)
-
β₃ = efek kebijakan yang diukur
-
-
Menginterpretasi Hasil
Nilai β₃ yang signifikan secara statistik menunjukkan adanya dampak kebijakan yang nyata.
Kelebihan dan Keterbatasan Metode Difference-in-Difference
Kelebihan:
-
Sederhana dan mudah dipahami — cocok untuk analisis kebijakan praktis di daerah.
-
Mengontrol faktor tetap (fixed effects) yang tidak berubah dari waktu ke waktu.
-
Memanfaatkan data yang sudah ada, seperti data administrasi daerah.
Keterbatasan:
-
Bergantung pada asumsi parallel trend yang sulit diverifikasi.
-
Sensitif terhadap kejadian lain yang terjadi bersamaan dengan kebijakan.
-
Membutuhkan data panel dengan waktu dan wilayah yang konsisten.
Studi Kasus: Evaluasi Program Peningkatan Kualitas SDM di Kabupaten Kulon Progo
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo menerapkan program pelatihan vokasi untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja lokal pada tahun 2021.
Untuk mengevaluasi efektivitasnya, dilakukan analisis menggunakan metode Difference-in-Difference.
Langkah-langkahnya:
-
Kelompok treatment: Kabupaten Kulon Progo (menerapkan program).
-
Kelompok kontrol: Kabupaten Bantul (tidak menerapkan program).
-
Indikator: Tingkat partisipasi angkatan kerja.
-
Periode data: 2019–2023.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja di Kulon Progo meningkat 5% lebih tinggi dibandingkan daerah kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa program pelatihan berhasil meningkatkan daya saing tenaga kerja lokal.
Integrasi Difference-in-Difference dalam Evidence Based Policy
Pendekatan DiD sejalan dengan semangat Evidence Based Policy (EBP), yaitu penggunaan bukti ilmiah dalam perumusan dan evaluasi kebijakan publik.
Melalui Bimtek Evaluasi Kebijakan Pembangunan Daerah berbasis Evidence Based Policy pemerintah daerah dapat meningkatkan kapasitas aparatur dalam menggunakan metode ilmiah seperti DiD untuk memperkuat proses pengambilan keputusan.
Beberapa manfaat integrasi DiD dalam kebijakan daerah antara lain:
-
Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan program.
-
Memberikan dasar ilmiah bagi rekomendasi kebijakan lanjutan.
-
Memperkuat koordinasi antar perangkat daerah berbasis hasil terukur.
Perbandingan Difference-in-Difference dengan Metode Evaluasi Lain
Metode Evaluasi | Kelebihan | Keterbatasan | Kapan Digunakan |
---|---|---|---|
Pre-Post Analysis | Mudah diterapkan | Tidak mengontrol faktor luar | Untuk studi awal |
Regression Discontinuity | Akurat jika ada batas kebijakan jelas | Butuh data presisi tinggi | Saat ada ambang kebijakan formal |
Propensity Score Matching | Mengontrol perbedaan karakteristik individu | Tidak mengontrol tren waktu | Saat banyak variabel pembeda |
Difference-in-Difference | Mengontrol faktor tetap dan tren waktu | Butuh asumsi paralel trend | Saat tersedia data panel wilayah |
Rekomendasi bagi Pemerintah Daerah
Untuk memaksimalkan manfaat metode DiD, beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan antara lain:
-
Meningkatkan kapasitas aparatur dalam analisis data kuantitatif melalui pelatihan atau Bimtek.
-
Mengembangkan sistem data daerah yang terintegrasi lintas sektor.
-
Mendorong kolaborasi akademisi dan pemerintah daerah dalam evaluasi kebijakan berbasis bukti.
-
Mempublikasikan hasil evaluasi agar masyarakat dapat memantau dampak kebijakan secara transparan.
FAQ
1. Apa perbedaan utama antara Difference-in-Difference dan Pre-Post Analysis?
Pre-Post Analysis hanya membandingkan kondisi sebelum dan sesudah kebijakan, sedangkan DiD juga mempertimbangkan kelompok pembanding (kontrol) untuk hasil yang lebih akurat.
2. Apakah metode DiD bisa diterapkan di semua jenis kebijakan daerah?
Tidak selalu. Metode ini efektif jika tersedia data yang cukup untuk membandingkan antarwilayah dan waktu.
3. Bagaimana cara memastikan asumsi paralel trend terpenuhi?
Dapat dilakukan dengan mengecek tren historis antara kelompok treatment dan kontrol sebelum intervensi kebijakan.
4. Apakah DiD hanya digunakan oleh peneliti akademis?
Tidak. Banyak pemerintah daerah kini mulai menggunakan pendekatan ini untuk evaluasi kebijakan secara praktis.
Bangun kebijakan yang benar-benar berdampak dengan berbasis pada bukti ilmiah. Ikuti program pelatihan profesional melalui Bimtek Evaluasi Kebijakan Pembangunan Daerah berbasis Evidence Based Policy untuk memperkuat kapasitas analisis dan pengambilan keputusan daerah.