Evaluasi efektivitas inhouse training di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan langkah strategis dalam memastikan setiap investasi pelatihan memberikan hasil nyata bagi peningkatan kinerja pegawai dan organisasi. Dalam era transformasi bisnis dan digitalisasi yang pesat, pelatihan tidak cukup hanya dilaksanakan—harus ada pengukuran yang objektif untuk menilai seberapa besar dampaknya terhadap kompetensi, produktivitas, dan budaya kerja SDM BUMN.
Melalui evaluasi yang tepat, perusahaan dapat menyesuaikan arah pelatihan agar sejalan dengan strategi korporasi, kebutuhan kompetensi, dan tujuan jangka panjang perusahaan. Artikel ini akan membahas metode, tahapan, dan praktik terbaik dalam mengevaluasi efektivitas inhouse training di BUMN.
Pentingnya Evaluasi Efektivitas Inhouse Training
Pelatihan internal atau inhouse training merupakan salah satu instrumen utama dalam meningkatkan kualitas SDM di BUMN. Namun, tanpa evaluasi yang terukur, pelatihan bisa menjadi rutinitas administratif tanpa dampak yang signifikan terhadap kinerja.
Evaluasi dilakukan untuk menjawab pertanyaan mendasar berikut:
-
Apakah pelatihan mencapai tujuan yang telah ditetapkan?
-
Apakah peserta benar-benar memahami dan menerapkan materi pelatihan?
-
Apakah hasil pelatihan memberi kontribusi terhadap produktivitas dan kinerja organisasi?
Selain itu, evaluasi juga berfungsi sebagai feedback loop untuk memperbaiki desain dan metode pelatihan berikutnya.
Sebagaimana dijelaskan dalam artikel Inhouse Training BUMN: Strategi Pengembangan Kompetensi dan Transformasi SDM, pelatihan yang efektif bukan hanya meningkatkan kemampuan teknis pegawai, tetapi juga memperkuat nilai, budaya, dan arah transformasi organisasi.
Tujuan Evaluasi Inhouse Training di BUMN
Evaluasi bukan hanya untuk mengukur keberhasilan program, tetapi juga sebagai dasar dalam pengambilan keputusan strategis. Tujuan utama evaluasi pelatihan di BUMN meliputi:
-
Menilai Efektivitas Pelatihan: Apakah metode dan materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan peserta.
-
Mengukur Dampak pada Kinerja: Apakah pelatihan meningkatkan efisiensi, produktivitas, atau kualitas kerja.
-
Mengidentifikasi Kelemahan Program: Agar perusahaan dapat memperbaiki desain pelatihan di masa depan.
-
Mendukung Perencanaan Pengembangan SDM: Sebagai dasar untuk menyusun program pelatihan lanjutan atau karier pegawai.
-
Menjamin Akuntabilitas Anggaran Pelatihan: Menunjukkan hasil nyata dari investasi pelatihan terhadap kinerja korporasi.
Model Evaluasi Efektivitas Pelatihan yang Umum Digunakan
Terdapat beberapa model evaluasi pelatihan yang telah diakui secara internasional dan dapat diadaptasi untuk kebutuhan BUMN.
1. Model Kirkpatrick (Empat Level Evaluasi)
Model ini adalah pendekatan paling populer karena memberikan panduan menyeluruh untuk mengevaluasi pelatihan dari berbagai aspek.
Level | Fokus Evaluasi | Contoh Pertanyaan | Metode Pengukuran |
---|---|---|---|
Level 1: Reaction | Kepuasan peserta terhadap pelatihan | Apakah peserta puas dengan materi dan instruktur? | Kuesioner pasca pelatihan |
Level 2: Learning | Peningkatan pengetahuan & keterampilan | Apakah peserta memahami konsep baru? | Tes, studi kasus, simulasi |
Level 3: Behavior | Penerapan hasil pelatihan di pekerjaan | Apakah perilaku peserta berubah di tempat kerja? | Observasi, wawancara, laporan atasan |
Level 4: Results | Dampak terhadap hasil organisasi | Apakah produktivitas meningkat? | KPI, penurunan biaya, peningkatan efisiensi |
2. Model Phillips ROI
Model ini merupakan pengembangan dari Kirkpatrick dengan menambahkan satu level tambahan yaitu Return on Investment (ROI).
Rumus sederhana ROI pelatihan:
ROI (%) = (Manfaat Pelatihan – Biaya Pelatihan) / Biaya Pelatihan × 100
Pendekatan ini cocok digunakan oleh BUMN untuk menunjukkan nilai ekonomis dari pelatihan kepada manajemen dan stakeholder.
Langkah-Langkah Strategis Evaluasi Efektivitas Pelatihan
Agar proses evaluasi memberikan hasil yang maksimal, perlu dilakukan secara sistematis melalui beberapa tahapan berikut:
1. Perencanaan Evaluasi
Langkah pertama adalah menetapkan indikator keberhasilan dan alat ukur sebelum pelatihan dimulai.
Indikator dapat meliputi:
-
Peningkatan kemampuan teknis
-
Peningkatan efisiensi waktu kerja
-
Perubahan perilaku dalam bekerja
2. Pengumpulan Data Pelatihan
Gunakan kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif:
-
Survei dan Kuesioner: Untuk mengukur persepsi dan kepuasan peserta.
-
Tes Sebelum dan Sesudah Pelatihan: Untuk menilai peningkatan pengetahuan.
-
Wawancara dengan Atasan: Untuk melihat perubahan performa setelah pelatihan.
3. Analisis Hasil Evaluasi
Data yang terkumpul dianalisis untuk menentukan seberapa besar pelatihan memberikan dampak nyata terhadap kompetensi dan kinerja.
Contoh format analisis hasil:
Aspek | Sebelum Pelatihan | Sesudah Pelatihan | Perubahan |
---|---|---|---|
Kecepatan kerja | 75% target | 90% target | +15% |
Kesalahan administrasi | 10 per bulan | 3 per bulan | -70% |
Kepuasan pelanggan | 80% | 92% | +12% |
4. Pelaporan dan Tindak Lanjut
Hasil evaluasi harus dituangkan dalam laporan yang dapat digunakan untuk rekomendasi pengembangan SDM.
Tindak lanjut meliputi:
-
Revisi materi pelatihan
-
Penyesuaian metode pembelajaran
-
Penguatan sistem mentoring pascapelatihan
Contoh Implementasi Evaluasi Inhouse Training di BUMN
1. PT PLN (Persero)
Melalui program PLN Corporate University, evaluasi dilakukan berbasis sistem digital. Hasil pelatihan diukur menggunakan performance dashboard yang menilai dampak pada kinerja operasional.
Hasil: peningkatan produktivitas teknisi hingga 20% dalam 6 bulan.
2. PT Pertamina (Persero)
Program Pertamina Learning Academy menerapkan model Kirkpatrick untuk mengukur efektivitas pelatihan.
Setiap peserta diwajibkan membuat proyek implementasi hasil pelatihan di unit kerja masing-masing.
Hasil: 65% proyek menghasilkan efisiensi biaya operasional.
3. PT Telkom Indonesia Tbk
Telkom menggunakan data analytics untuk memantau efektivitas pelatihan digital. Evaluasi dilakukan berbasis data kehadiran, skor pelatihan, dan hasil kinerja.
Faktor Keberhasilan Evaluasi Pelatihan di BUMN
Berikut faktor-faktor yang menentukan keberhasilan evaluasi pelatihan internal:
-
Keterlibatan Manajemen: Dukungan aktif pimpinan dalam menindaklanjuti hasil evaluasi.
-
Sistem Monitoring Terpadu: Penggunaan aplikasi HR analytics untuk pelacakan data pelatihan.
-
Kualitas Instrumen Evaluasi: Kuesioner, wawancara, dan observasi harus dirancang dengan baik.
-
Integrasi dengan HR System: Hasil pelatihan harus masuk dalam sistem penilaian kinerja dan pengembangan karier.
Tabel: Faktor Pendukung dan Dampak Evaluasi
Faktor | Dampak Positif |
---|---|
Dukungan manajemen | Tindak lanjut cepat dan strategis |
Data evaluasi akurat | Pengambilan keputusan berbasis bukti |
Kolaborasi HR dan unit kerja | Sinergi pengembangan SDM |
Teknologi digital | Monitoring hasil pelatihan lebih efisien |

Pelajari strategi evaluasi efektivitas inhouse training di BUMN untuk memastikan pengembangan kompetensi SDM yang berdampak dan berkelanjutan.
Tantangan dalam Evaluasi Inhouse Training
Evaluasi pelatihan di BUMN juga menghadapi sejumlah tantangan:
-
Keterbatasan waktu dan sumber daya evaluasi
Banyak pelatihan tidak dievaluasi karena keterbatasan tenaga atau sistem. -
Subjektivitas dalam penilaian
Penilaian seringkali hanya berdasarkan persepsi, bukan data kuantitatif. -
Kesulitan mengaitkan hasil pelatihan dengan kinerja organisasi
Tidak semua dampak pelatihan dapat langsung diukur. -
Kurangnya tindak lanjut pascaevaluasi
Hasil evaluasi sering tidak diikuti dengan perbaikan yang signifikan.
Solusi:
-
Menerapkan sistem digital berbasis KPI
-
Melibatkan HR analytics
-
Mengintegrasikan evaluasi ke dalam perencanaan SDM jangka panjang
Integrasi Evaluasi dengan Transformasi SDM BUMN
Evaluasi pelatihan seharusnya tidak berhenti pada pengukuran hasil belajar, tetapi menjadi bagian dari transformasi SDM BUMN yang berkelanjutan.
Kementerian BUMN melalui bumn.go.id mendorong setiap perusahaan untuk membangun corporate university dan menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi.
Dengan demikian, hasil evaluasi pelatihan menjadi bahan penting dalam:
-
Penyusunan rencana pengembangan karier pegawai
-
Penentuan talent pool dan succession plan
-
Penyempurnaan kurikulum pelatihan korporat
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Mengapa evaluasi pelatihan penting bagi BUMN?
Karena hasilnya menjadi dasar dalam mengukur efektivitas investasi SDM dan memastikan pelatihan berkontribusi langsung terhadap kinerja perusahaan.
2. Kapan waktu terbaik untuk melakukan evaluasi pelatihan?
Evaluasi dilakukan segera setelah pelatihan (jangka pendek) dan 3–6 bulan setelah pelatihan (jangka menengah) untuk menilai dampaknya terhadap kinerja.
3. Apa indikator keberhasilan pelatihan yang paling relevan untuk BUMN?
Indikatornya meliputi peningkatan produktivitas, efisiensi kerja, inovasi proses, dan kepuasan pelanggan.
4. Apakah semua pelatihan harus memiliki ROI?
Tidak selalu, namun pelatihan dengan biaya besar atau strategis sebaiknya diukur ROI-nya untuk memastikan manfaat finansial dan nonfinansialnya.
Bangun sistem evaluasi pelatihan yang berkelanjutan dan berbasis data agar setiap inhouse training benar-benar menjadi investasi strategis bagi penguatan kompetensi dan transformasi SDM di lingkungan BUMN.